Home »
News
,
Viral
» Obat Sariawan Albothyl dan Sejenisnya Dilarang Beredar, BPOM Terima Keluhan Efek Samping
Obat Sariawan Albothyl dan Sejenisnya Dilarang Beredar, BPOM Terima Keluhan Efek Samping
Written By Unknown on Jumat, 16 Februari 2018 | Februari 16, 2018
Bepop.id - Masyarakat Indonesia mengenal produk Albothyl, sebagai obat sariawan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM), membekukan ijin edar Albothyl dalam bentuk cairan obat luar konsentrat hingga indikasi yang diajukan disetujui.
Keputusan itu berdasarkan pantauan BPOM selama 2 tahun terakhir, bahwa sudah ada 38 laporan dari profesional kesehatan yang menerima pasien dengan keluhan efek samping obat Albothyl untuk pengobatan sariawan.
Efek samping yang tersebut antara lain sariawan yang membesar dan berlubang hingga menyebabkan infeksi (norma like lession).
Hasil analisa yang dilakukan BPOM, efek samping dari penggunaan Albothyl untuk obat sariawan itu karena adanya kandungan Policresulen.
Dari hasil temuan itu maka BPOM memutuskan obat yang mengandung Policresulen tidak boleh digunakan sebagai hemostatik dan antiseptik pada saat pembedahan serta penggunaan pada kulit (dermatologi); telinga, hidung dan tenggorokan (THT); sariawan (stomatitis aftosa); dan gigi (odontologi).
Nggak hanya Albothyl saja yang ijin edarnya dibekukan, obat sejenis juga dapat perlakukan yang sama.
"Selanjutnya kepada PT. Pharos Indonesia (produsen Albothyl) dan industri farmasi lain yang memegang izin edar obat mengandung policresulen dalam bentuk sediaan cairan obat luar konsentrat diperintahkan untuk menarik obat dari peredaran selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Pembekuan Izin Edar," tulis BPOM dikutip Bepop.id dari Kompas.com.
Penggunaan policresulen menurut drg Widya Apsari, SpPM dalam tulisannya di Kompasiana, memiliki efek hemostatik atau menghentikan pendarahan, membentuk jaringan nekrotik (jaringan yang mati) dan merangsang pembentukan jaringan baru.
Dilansir dari Kompas.com, ketika policresulen dipakai menyembuhkan sariawan maka yang terjadi adalah efek vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah perifer (tepi) di sekitar sariawan.
Hal ini menyebabkan suplai darah di area sariawan terhenti dan menjadikan jaringan sariawan mati.
Nah kalau jaringannya sudah mati, secara otomatis tubuh akan berusaha melepaskan jaringan tersebut. Kondisi ini disebut dengan deskuamasi jaringan atau pengelupasan kulit.
Setelah semua proses tersebut, selanjutnya terjadi pembentukan jaringan baru yang sehat.
"Sayangnya, kisah indah kesembuhan sariawan dengan policresulen ini tidak terjadi pada beberapa orang," kata drg Widya Apsari, SpPM.
Selanjutnya dijelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan kerusakan jaringan akibat policresulen tidak bisa mengimbangi pembentukan jaringan sehat.
Akibat dari efek dominan yang terjadi adalah matinya jaringan sariawan, maka hal ini membuat sariawan justru membesar dan sakit.
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar