Home »
News
» Sedih! Usia Hampir Seabad Nenek Julaeha Hidup Sebatang Kara di Buton, Kadang Tidak Makan Tiga Hari...Minum Air Saja
Sedih! Usia Hampir Seabad Nenek Julaeha Hidup Sebatang Kara di Buton, Kadang Tidak Makan Tiga Hari...Minum Air Saja
Written By Unknown on Kamis, 28 Desember 2017 | Desember 28, 2017
Bepop.id - Berasal dari Desa Sumber Suko, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, nenek Julaeha (90) kini hidup sendiri di Desa Siotapina, Kecamatan Ambuau Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Julaeha muda nekat berangkat ikut tetangganya yang program transmigrasi pada tahun 1992.
Seiring dengan waktu, tetangganya kembali ke daerah asalnya dan meninggal.
Lalu Nenek Julaeha menjadi seorang diri di Kabupaten Buton. Untuk bertahan, ia berusaha mencari pekerjaan serabutan.
Nenek Julaeha hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini.
Hidup sebatang kara di daerah jauh dari tempat asalnya, membuat nenek Julaeha harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Walaupun telah sepuh, namun ia berusaha kuat mencari pekerjaan agar memperoleh uang untuk makan setiap harinya.
“Di sini tinggal sendirian, anak sudah tidak ada, saudara juga tidak ada.
Mau paksa bagaimana sudah tidak ada, ya tidak usah makan, minum air saja.
Kadang makan daun saja dengan garam,” kata nenek Julaeha saat dijumpai di rumahnya, dikutp Bepop.id dari Kompas.com(27/12/2017).
Kini, umurnya sudah semakin tua, dan badannya sudah mulai sakit-sakitan, sehingga ia hanya pasrah dan terbaring di dalam gubuk miliknya yang sudah reyot.
Terkadang ada warga yang mengasihaninya dengan memberikan pekerjaan mengupas ubi dan diberi uang sebesar Rp 5.000.
Uang tersebut langsung dibelikan beras.
"Kehidupan sehari-hari tidak ada beras. Dikasih uang Rp 2.000 oleh orang, cuma beli kopi saja.
Kalau sudah minum kopi sudah kenyang, jadi kadang tidak makan tiga hari atau dua hari.
Kalau tidak makan, saya sakit perut, tidak ada anak-anak di sini, saudara tidak ada, orangtua tidak ada juga, ya diam saja,” tuturnya
Sementara itu, Kepala Desa Siotapina, La Nelo mengatakan, sebelum mempunyai rumah, nenek Jualeha tinggal di kebun orang setelah ditinggal pergi tetangganya.
“Kebetulan ada tanah sisa dari dari HPL transmigrasi kita programkan untuk nenek tersebut, dan hibahkan tanah seluas 25 x 20 meter,” ucap La Nelo.
Ia menambahkan, warga Desa Siotapina bergotong royong membangunkan rumah seadanya dari papan kayu dan tripleks dengan lantai rumah dari tanah.
Sumber : Kompas.com
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar